Senin, 30 Januari 2012

Hey mister I miss you

kepada yang tak mungkin kembali dengarlah ini sekali saja
rindu ini semakin berkecamuk
selalu ingin membuncah
dan diperhatikan
tapi apa daya selalu saja terabaikan

kepada yang selalu aku selipkan namanya di setiap doa
selamat malam ya
ketika kau ingin menemuiku, kau harus sudah menjadi orang sukses
tentang rindu ini? ah sudahlah biarkan aku yang meredamnya

miss my first march two thousand eleven

jodoh bagian 2

Hari ini hujan lagi. Kenapa yang katanya musim panas malah sering turun hujan. Hari ini hari pertama putri pertamaku masuk sekolah dasar. Ia telah menunggu saat-saat ini datang.

"maa seragam Naya kok warnanya cuma merah dan putih sih? kenapa gak warna-warni?" tanya putri kecilku.
"kan kamu udah SD sayang. kalo SD seragamnya yah cuma warna merah dan putih", jawabku sambil tersenyum.

Lalu aku pergi mengantarkan Naya bersama Erwin, suamiku. Mobil keluar dari garasi dan kami mulai perjalanan mengantar Naya lalu Erwin akan mengantarkan aku ke kantor.

"Naya baik-baik ya di sekolah nanti mama pulangnya mama jemput",
"Iya belajar yang bener ya nak ini kan hari pertama Naya",
"Iya, mama sama papa tenang aja deh pokoknya", Naya sumringah.

Setelah mengantarkan Naya ke sekolahnya Erwin mengantarkan aku ke kantor. Udah beberapa tahun ini kami berbeda kantor karena kebijakan di perusahaan tersebut bahwa suami-istri tidak diperbolehkan bekerja di perusahaan yang sama. Aku mengalah untuk mengundurkan diri sekaligus mencari pekerjaan yang lebih ringan dan tidak memakan banyak waktu, sehingga aku mempunyai banyak waktu untuk Naya.

Hari-hari ku di keluarga mungil ini sangat berwarna. Aku memiliki suami yang baik hati serta putri yang sangat cantik dan manis. Aku selalu bersyukur kepada Tuhan di berikan keluarga kecil yang utuh ini.

"Ma, besok papa mau keluar kota. Ada proyek yang harus ditangani",
"Mau kemana pa? kapan pulangnya?",
"Mau ke Bandung, mungkin 2 atau 3 minggu lagi",
"Yaudah deh. Papa hati-hati ya disana",
"Iya ma".

Besok Erwin akan terbang ke Bandung. Padahal besok adalah anniversary 7 tahun pernikahan kami, tapi yasudalah ini juga demi pekerjaan, pikirku.

Besok pagi ketika aku terbangun ada yang aneh. Erwin telah bangun lebih cepat dari aku. Lalu ketika aku menuju dapur ku lihat banyak bunga mawar tertata rapi dan sarapan pagi telah tersaji di atas meja. Ternyata Erwin sudah menyiapkan ini sebelum aku bangun.

"Happy Anniversary 7 tahun ya sayang. Aku selalu mencintaimu dari dulu, sekarang dan selamanya", lalu Erwin mengecup keningku. Aku masih saja tidak berkata karena kaget melihat kejutan ini.

"Kamu kok udah bangun sih? Aku kira kamu udah berangkat tanpa bilang ke aku", tanyaku bingung.
"Yah gak mungkinlah masa iya aku pergi gak bilang-bilang sama kamu. Yauda sarapan dulu sebelum aku berangkat".

Ntah kenapa firasatku tidak enak hari itu. Jujur saja, setelah 7 tahun menikah baru kali ini Erwin memberikan kejutan untukku di hari jadi pernikahan kami. Sebelumnya tidak pernah seindah ini.

"Kamu kok diem aja. Dimakan dong masakan aku", tawar Erwin.
"Aku masih gak percaya aja kamu bisa seromantis ini haha", jawabku bercanda.

Lalu Erwin memelukku dan berkata pelan ditelingaku, "Maaf udah nyia-nyiain 7 tahun kita tanpa ada kesan di setiap hari jadi pernikahan kita. Tapi aku janji aku gak bakal ninggalin kamu. Aku janji", lalu ia makin mempererat pelukannya padaku.

Rasanya aku tidak ingin melepas pelukan ini, dan ntah mengapa rasanya aku sangat takut bila kehilangan dia.
Setelah sarapan selesai lalu aku membangunkan Naya untuk mengantarkan papanya ke bandara sekaligus berangkat sekolah.

"Ah ma Naya gak mau sekolah. Naya mau ikut papa. Papa jangan pergi dong", Naya merengek minta ikut.
"Naya, papa kan nanti pulang lagi, papa janji bawa oleh-oleh yang banyak buat Naya. Jadi Naya harus belajar yang rajin ya. Jagain mama selama papa pergi", jawab Erwin
"Iya pa", Naya mencium kedua pipi ayahnya.
"Hati-hati ya disana. kalau udah sampai langsung telpon aku",
"Iya sayang", Erwin mengecup keningku lalu pergi menuju keberangkatan.

Setelah Erwin sampai Bandung, ia langsung mengabariku. Ini membuat hatiku lega karena perasaan tidak enak ku tidak berarti apa-apa.

-BERSAMBUNG-

Np : cerpen ini bersambung. mungkin gak bisa di bilang cerpen. Nanti akan ada kategori di tulisan yang ini. berhubung udah ngantuk dilanjut besok lagi ya. jadi ceritanya bersambung disini dulu :D

Rabu, 18 Januari 2012

Jodoh

Aira hanya bisa menghelas nafas mendengar pernyataan dari Andi. Ia tau ini juga berat untuk Andi. "Aku tau ini berat buat kita tapi aku yakin kita pasti bisa ngelewati ini".  "iya semoga saja", Aira berkata seadanya. difikirannya kini hanya ada kenangan tentang mereka berdua. "bagaimana bila aku merindukanmu?" tanya Aira. "Kamu bisa menelponku. Kita gunakan segala cara agar rindumu dan rinduku bisa tersampaikan", jawab Andi. 

Hari ini pagi-pagi Aira sudah berada di Bandara mengantar Andi yang akan melanjutkan pendidikan ke Negeri Kangguru. Australia tepatnya. cukup jauh menurut Aira tapi apa boleh buat ini demi kebaikan Andi. Aira menguatkan diri agar tidak meneteskan air mata di hadapan Andi. Ia tidak ingin Andi tau bahwa batinnya begitu tersiksa melepas Andi menjemput mimpinya.

"Aku berangkat ya. Kamu baik-baik di sini. Jangan lupa buat nunggu aku. Aku janji 4 tahun lagi aku kembali ketika aku sudah menjadi orang sukses dan disaat itu kamu akan menjadi istri ku", Andi berkata sambil memberikan setangkai bunga kepada Aira. "Aku pasti nunggu kamu pulang", Aira menahan isak tangisnya. Andi mengecup kening Aira lalu pergi dan hilang dibalik kerumunan orang-orang.


Hari ini adalah setahun berangkatnya Andi ke Australia. Dan sejauh ini hubungan mereka masih baik-baik saja. Aira merasa ini akan menjadi penantian yang indah. Setiap hari mereka selalu melepaskan rasa rindu satu sama lain. 


"Kamu masih berhubungan sama Andi?" tanya Ibu. "Masih bu. Tapi akhir-akhir ini dia udah jarang nelfon. mungkin dia lagi sibuk disana", jawab Aira sambil menerawang. Andi sudah seminggu ini tidak menghubungi Aira. Padahal ia yakin bahwa Andi tidak akan melupakannya. Ini udah tahun kedua ia dan Andi terpisah jarak. 


"Maaf ya aku jarang menghubungi kamu. Soalnya aku lagi sibuk sekali di sini. Mungkin untuk beberapa bulan aku tidak bisa menghubungi kamu", Andi berkata melalui telfon setelah sebulan ia tidak menghubungi Aira. "Oh yauda tidak apa-apa. Kamu jangan lupa jaga kesehatan ya", Aira berkata lemah. Ia tau pasti akan ada saatnya ketika Andi akan mulai menomor satukan pendidikannya daripada ia. 


Ini tahun ketiga Andi meninggalkan Aira dan sudah hampir setahun Andi tidak pernah menghubunginya. Ia mencoba menghubungi Andi namun tidak ada tanggapan. Semua cara ia coba untuk hanya sekedar mengetahui kabar Andi. Tapi tidak satu pun usahanya mendapatkan hasil. Ia pun tetap berpikir positif dan beranggapan bahwa Andi tidak akan melupakannya.


Setiap hari ia selalu merindukan Andi. Lelaki yang berjanji akan pulang kembali kepadanya. Dan hari ini adalah hari wisuda Aira. Seluruh keluarga dan teman-temannya ikut merayakan keberhasilan Aira. Senyum terkembang di wajah manis Aira. TApi masih saja terselip sedikit rasa sakit dan rindu yang tidak kunjung mereda.


"Kamu dimana Andi? Aku udah lulus nih. kamu kapan pulang?", pikir Aira dalam hati. "Hey kok melamun sih?", tanya Erwin teman dekat Aira. "Gak apa-apa cuma lagi kepikiran Andi aja. Dia apa kabar ya? udah setahun lebih gak ada kabar", jawab Aira murung. "Udah tenang aja. Dia pasti pulang kok", Erwin tersenyum. Aira membalas senyuman Erwin. "Yauda supaya kamu gak sedih lagi, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat". "kemana?", tanya Aira. "Udah ikut aja', jawab Erwin misterius.


"Gimana kamu suka gak sama tempatnya?", tanya Erwin. "Suka. Suka sekali malah", jawab Aira. "Tempat ini tenang sekali", jawab Aira lagi. "Iya aku suka ke sini kalau lagi bosan".
"sering-sering ajak aku ke sini lagi ya," pinta Aira dengan mata berbinar. "Pasti", jawab Erwin.


Hari ini tepat 4 tahun Andi pergi. Sesuai janji berarti Andi akan pulang hari ini. Aira melihat kalender yang sudah ia tandai warna merah. Ia memutuskan untuk ke bandara. walaupun ia tau resiko tidak bertemu Andi sangat besar tapi ia sudah berjanji akan menunggu Andi sampai Andi menyelesaikan pendidikannya. 


Sesuai perkiraannya, hari ini ia tidak menemukan sosok Andi. Ia pulang dengan putus asa dan rasa sakit yang luar biasa. "Apa Andi sudah melupakan aku ya? Apa ia lupa dengan segala janjinya?". Semua pertanyaan muncul di kepala Aira. Ia merasa mungkin ia harus mulai terbiasa  menjalani hidup tanpa Andi. Tapi ia tetap akan menunggu Andi.


"Kamu pulang sama siapa?". "Pulang sendiri sepertinya. Ini juga masih banyak kerjaan". Aira menjawab pertanyaan Erwin yang mampir ke ruangan kantornya. Sudah setahun ini mereka bekerja di satu kantor. "Oh yauda aku pulang duluan ya. Hati-hati kamu", Erwin berkata lembut pada Aira. "iya tenang saja", jawab Aira sambil tersenyum. 


Hari-hari Aira diisi dengan bekerja dan kenyataan bahwa Andi tidak pernah menghubunginya lagi. Satu-satunya yang bisa menghilangkan sepinya adalah sahabatnya Erwin. Erwin selalu membuat Aira tersenyum dan menghilangkannya sedihnya.


"Kamu dapat tugas jumpa sama klien baru kita. Jangan sampai gagal kerja sama ini ya. Saya sangat berharap padamu". "Iya pak saya akan berusaha semaksimal mungkin". Aira mendapatkan tugas untuk bertemu dengan klien untuk kerjasama dengan kantornya. Sesuai dengan instruksi, Aira akan bertemu kliennya di restoran tempat biasa kantornya melakukan pertemuan. 


Saat di restoran, Aira kaget sekali dengan siapa ia bertemu. "Andi?", AIra kaget bukan main. "Aira", balas Andi juga tidak kalah kaget. "Kamu udah balik ke Indonesia?. Kok gak ngabarin? oh udah lupa pasti sama ku", Aira berkata sambil berusaha tegar. "Maaf, aku gak pernah hubungi kamu lagi. Ini sangat berat buat aku.", jawab Andi merasa bersalah. "Gak apa-apa kok tapi sepertinya masa berlaku janji kamu udah mau habis". "Aku tau aku salah. Seharusnya aku ngasi tau kamu beberapa tahun yang lalu. Sebenarnya aku bertemu dengan seorang wanita disana dan jujur saja aku mencintainya. Dan sekarang kami sudah bertunangan", Andi berkata sambil tertunduk. Aira kaget bukan main. Penantian bertahun-tahun yang ia lakukan ternyata sia-sia. Penantian yang ia kira akan berakhir indah ternyata tidak terjadi. "Yaudalah aku disini bukan mau bahas kamu. Aku mau bicarain soal kerjaan", Aira berkata. "Oh iya baiklah", jawab Andi merasa sangat bersalah.


Kerjasama yang di jalin Aira dengan Andi sangat baik. Karena kerjasama ini pun Aira dan Andi jadi sering bertemu lagi. Sejujurnya ini menyenangkan untuk Aira sekaligus juga menyakitkan karena ia tau Andi bukan untuknya lagi. Setahun sudah Aira dan Andi menjalin kerjasama. Selama setahun juga Andi mulai merasa bahwa ia salah telah menyia-nyiakan Aira. Cinta lama yang selalu menunggunya. 


"Asty, maaf aku harus bicara ini". "Kamu mau bilang apa Andi?". "Sepertinya kita sampai disini aja ya. Aku gak bisa lagi sama kamu. Aku sadar ty, ternyata selama ini aku cuma cinta sama Aira. Mungkin karena ada kemiripan diantara kalian makanya aku sempat jatuh hati dengan kamu", Andi berkata jujur. "Jadi maksud kamu, kamu mau mutusin aku terus balikan lagi ke Aira?" tanya Asty sambil menangis. "Aku rasa.. hem iya. aku mau berusaha menjalin hubungan dengan Aira lagi", jawab Andi. "Kamu tau? Ini sakit sekali buat aku. Tapi daripada kamu terpaksa menjalin hubungan dengan aku. Aku akan ikhlas mengembalikan kamu ke cinta pertama kamu", Asty menangis tapi berusaha tegar. "Terima kasih asty".


Andi bertekat kalau ia akan membawa Aira kembali padanya. "Kita sudahi pertemuan kita sampai di sini. Terima kasih atas kerjasamanya", Aira mengakhiri rapat hari itu. "Aira aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Tapi gak di sini". "Kamu mau ngomong apa?", tanya Aira. "Kita ke tempat biasa kita makan aja ya", ajak Andi. "Yauda terserah kamu deh".


"Udah setahun lebih kita deket lagi. Ini buat aku sadar kalau aku cuma sayang sama kamu. Aku memang udah buat kesalahan bodoh dan sekarang aku mau nepati janjiku", Andi berkata sambil menatap Aira. "Maksud kamu? Bukannya kamu udah tunangan?". "Aku udah mutusin buat berhenti mencintai Asty dan kembali mencintai kamu", jawab Andi. "Kamu jahat ndi. Kamu gak tau gimana sakitnya dan rindunya aku nunggu kamu bertahun-tahun dan sekarang setelah aku udah ikhlas ngelepas kamu, kamu malah ninggalin Asty dan nyakitin dia". "Aku tau aku salah. tapi aku gak bisa bohongi perasaanku sendiri ra". 


"Maaf ndi. Aku memang mencitaimu. sangat. tapi itu dulu. sebelum aku jatuh hati pada lelaki lain". "Gak mungkin ra". "kamu pikir bagaimana sakitnya aku nunggu kamu yang gak pernah ada kabar? Ini udah keputusanku ndi", Aira berkata tegas. "Baiklah. kalau ini memang keputusanmu", Andi berkata lesu. "Kalau kamu gak keberatan silahkan datang ke pernikahanku", Aira memberi sebuah undangan ke Andi. Andi melihat nama lelaki yang tidak asing tertera di undangan tersebut. Erwin. 


"Kamu janji mau nemeni Aira selama aku pergi", Andi berkata dengan suara tinggi kepada Erwin. "Kamu sahabat aku win. kenapa bisa kamu tega?". "Kamu yang gak tau gimana Aira berusaha seorang diri menghilangkan sepinya. Awalnya aku hanya ingin membantu dia agar tidak kesepian. Tapi ketika aku tau kamu udah tunangan aku yakin kamu gak baik buat dia. Aku jatuh cinta sama dia ndi. Dan kami benar-benar akan menikah. Maafkan aku. Ini juga termasuk salah kamu udah menyia-nyiakan Aira". Erwin meninggalkan Andi seorang diri di ruangan itu.


-Bersambung-



Bunga terakhir

Kaulah yang pertama
Menjadi cinta
Tinggallah kenangan
Berakhir lewat bunga
Seluruh cintaku untuknya


Bunga terakhir
Ku persembahkan kepadanya yang terindah
Sebagai satu tanda cinta untuknya
Bunga terakhir
Menjadi satu kenangan yang tersimpan
Takkan pernah hilang tuk selamanya
Oh ho

Betapa cinta ini
Sungguh berarti
Tetaplah terjaga
Selamat tinggal kasih
Kau telah pergi selamanya

Bunga terakhir
Ku persembahkan kepadanya yang terindah
Sebagai satu tanda cinta untuknya
Bunga terakhir
Menjadi satu kenangan yang tersimpan
Takkan pernah hilang tuk selamanya
Oh ho


Kaulah yang pertama
Menjadi cinta
Tinggallah kenangan
Berakhir lewat bunga
Seluruh cintaku untuknya

Bunga terakhir
Ku persembahkan kepadanya yang terindah
Sebagai satu tanda cinta untuknya
Bunga terakhir
Menjadi satu kenangan yang tersimpan
Takkan pernah hilang tuk selamanya







By : bebi romeo

Jumat, 13 Januari 2012

selamat untuk mu :D

                                                                                                           Medan, 13 Januari 2012



dear gadis hujan,
apa kabarmu? aku selalu berharap kau tetap sehat . aku dengar buku pertamamu sudah terbit ya? waah aku turut senang dengan berita ini. karena jujur saja ini buku yang aku tunggu-tunggu. selamat ya akhirnya sedikit demi sedikit mimpi dan harapanmu menjadi kenyataan. aku yakin pasti segalanya akan menjadi yang nyata. karena kau memiliki semua semangat untuk mewujudkannya. aku disini sangat merindukanmu. rindu tertawamu dan obrolan ringan kita.
tetap selalu berusaha mewujudkan mimpimu ya. oya satu lagi, aku ingin mendengarmu bermain biola kelak. aku pasti akan menjadi orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan ketika kau selesai bermain.
satu pesanku, jangan pernah tinggalkan Shalat lima waktu dan jangan pernah lupakan aku.


                                                                                                                         salam rindu


                                                                                                                        dita afandria

untukmu...

selalu saja kerlap kerlip bintang mengingatkanku akanmu
tentang janji yang pernah terucap dan terlupa olehmu
tentang mata yang paling teduh menatap mataku

mungkin ini hanya rindu
atau mungkin lebih dari rindu
tapi kenapa aku selalu merindu?

intinya aku hanya merindumu

Jumat, 06 Januari 2012

Tentang Cinta

Siang itu panas terasa sangat menusuk tetapi Dina sudah bertekad akan mendapatkan gambar-gambar bagus hari itu. Dina ingin sekali mendapatkan gambar untuk koleksi foto-fotonya, lalu tanpa berpikir lagi ia bergegas pergi ke pusat kota. Tempat pertama yang ia kunjungi adalah gedung tua di sudut kota. Setelah ia rasa cukup, ia pun pergi ke tempat lain. Tujuannya kali ini adalah sebuah panti asuhan yang selalu ia kunjungi tiap minggunya. Panti asuhan itu bernama Kasih Ibu. Setelah bertemu teman-temannya di Panti Asuhan lantas Dina melanjutkan perjalanannya. Karena tujuannya yang terakhir adalah mendapatkan gambar suasana sore hari di kotanya tersebut, maka ia menuju sebuah taman yang ramai di kunjungi oleh orang-orang.


Setelah puas memotret, Dina teringat bahwa ia belum mengerjakan Shalat Ashar. Lalu ia bergegas mencari Masjid terdekat dengan tempatnya berada. Suasana di Masjid itu tidak begitu ramai karena memang waktu Shalat berJama'ah telah usai. Setelah selesai mengambil wudhu Dina pun bersiap untuk melaksanakan Shalat Fardhu itu, tapi tiba-tiba ia mendengar suara seorang laki-laki "Hei mau Shalat berJama'ah sama ku gak?", Dina tersentak kaget mendengar suara itu. Lalu Dina pun menjawab ajakan itu dengan anggukan yang berarti pertanda iya.


Selesai menunaikan waktu Shalat akhirnya lelaki tersebut mengenalkan namanya kepada Dina. "Namaku Tyo. Nama kamu siapa?" tanya lelaki itu. Lalu Dina menjawab,"Namaku Dina". "Oh Dina.. suka motret ya? udah motret apa aja? aku juga suka motret" tanya Tyo. "Iya hehe masih sedikit sih yang aku potret masih sebatas hobi aja" jawab Dina. "oya aku mau nunjukin hasil potretan ku hari ini" ajak Tyo. Lalu Tyo mengajak Dina ke tempat parkiran mobil, Tyo pun mengambil kamera dan menunjukkan hasil gambar yang ia dapatkan hari itu. "wah gambarnya bagus-bagus" Dina berdecak kagum melihat hasil gambar milik Tyo. "ah biasa aja kok" jawab Tyo merendah.


"oh ya kamu masih sekolah atau udah kuliah?", tanya Tyo kepada Dina.  "Masih sekolah, udah kelas 3 SMA. kalau kamu?", tanya Dina balik.  "Aku udah kuliah Alhamdulillah. Di USU jurusan teknik sipil", jawab Tyo.  "Jurusan teknik sipil? Wah aku juga kepengen tuh bisa masuk jurusan itu", kata Dina kagum.  "oh ya? yauda susulin aku dong. Aku masih semester 4 kok", Tyo serkata sambil tersenyum. Dina dengan semangat menjawab "oke tungguin aku di USU ya tahun depan". Tyo mengangguk mantap.


Setelah berbincang cukup panjang tentang photograpy tak terasa waktu sudah hampir Maghrib, lalu Dina bergegas pulang kerumah. Sebelum Dina pulang, Tyo sempat meminta nomor ponsel Dina. Agar kalau tyo mengadakan hunting gambar ia bisa mengajak Dina ikut serta juga. Dina pun dengan senang hati memberikannya.


Ketika sampai dirumah Dina langsung mandi dan Shalat Maghrib. Ketika hendak Shalat, Dina mendengar suara ponselnya lalu ia buka pesan itu. Ternyata pesan itu dari Tyo, isinya "Ini aku Tyo senang bisa berkenalan denganmu. Jangan lupa Shalat ya". Dina tersenyum lalu membalas pesan tersebut,"Aku juga senang berkenalan denganmu. Pasti aku Shalat".


Dari perkenalan itu, akhirnya Dina dan Tyo semakin dekat. Setiap hari minggu Dina selalu mengajak Tyo ke Panti Asuhan Kasih Ibu. "Tau gak orang-orang yang ada di Panti ini udah seperti saudaraku sendiri" Dina berkata dengan wajah sumringah kepada Tyo. "Kamu suka dengan anak-anak ya?" tanya Tyo. Dina tersenyum lalu menjawab,"suka. suka sekali malah. Ketika melihat anak-anak rasanya ada kedamaian tersendiri didalam mata mereka. Makanya aku suka dengan anak-anak". Tyo memandang kagum kepada Dina.


3 bulan sudah mereka dekat lalu Tyo memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Dina. "Din, sebenernya aku suka sama kamu. Aku gak tau dari kapan. Tapi rasanya perasaan aku ini sungguh-sungguh. setiap melihatmu aku selalu merasa nyaman", ujar Tyo. Dina pun kaget dan malu mendengar pernyataan yang diutarakan Tyo. "Aku gak maksa kamu buat jadi pacar aku, karena aku mencintaimu karena Allah. Aku cuma ingin kamu tau perasaanku", kata Tyo lagi. Setelah menghela nafas Dina pun berkata,"Aku juga suka sama kamu. Tapi aku mau kita tetap dekat seperti ini. Karena dengan begini kita gak akan bisa putus dan menjadi mantan", kata Dina sambil tersenyum. Muka Tyo langsung berbinar mendengar perkataaan Dina. "iya aku juga setuju kok kita tetap dekat seperti ini. tapi walaupun gitu hati aku tetap milik kamu" kata Tyo gombal. "Hahaha kamu ada-ada aja", Dina tertawa malu.


Semenjak Tyo mengutarakan perasaannya kepada Dina mereka pun semakin dekat. Walaupun tidak terikat pada hubungan sebagai sepasang kekasih, tetapi mereka berdua selalu santai menjalani hubungan yang sekarang. Karena mereka tau kalau mereka sama-sama pemilik hati satu sama lain. "kamu pulang sekolah jam berapa hari ini? aku jemput ya" isi pesan singkat dari Tyo yang baru dibaca Dina. "aku pulang jam 2. Boleh kok. Kamu tunggu di gerbang sekolah ya" balas Dina. Begitulah setiap Tyo ada waktu menjemput Dina pulang sekolah, atau mengantarkan pergi les.


Sudah 6 bulan semenjak Tyo mengutarakan perasaannya kepada Dina. Tapi ada yang aneh dari Dina. Ia mulai sakit-sakitan dan jarang masuk sekolah. Tyo pun selalu khawatir apabila mendengar Dina masuk Rumah sakit. "Halo Tyo, Dina masuk rumah sakit lagi. Cepat kemari ya nak", ujar Ibu Dina di telpon. "oh iya bu Tyo segera kesana", jawab Tyo.


Hari itu perasaan Tyo sangat tidak enak, maka segera ia ke rumah sakit tempat Dina dirawat. "Bu, apa kata dokter? kali ini Dina didianogsa apa?", tanya Tyo tidak sabar. "Kata dokter Dina sakit kanker usus dan ini udah masuk stadium 4", kata ibu Dina sedih. "Kanker usus? gak mungkin bu. Dina selalu terlihat sehat selama ini", ujar Tyo tidak percaya. "Sebenarnya Dina udah lama menderita ini, cuma dia merahasiakan ini dari siapa pun. Cuma keluarga yang tau tentang sakitnya ini", kata Ibunya Dina.


Setelah melewati operasi yang panjang, Dina akhirnya mulai berangsur membaik. Tetapi dokter tidak menjamin Dina akan bertahan dengan usus yang sudah tidak baik. Dina pun berhenti sekolah disaat sekolahnya tinggal menyisakan 3 bulan lagi. Disaat-saat seperti itu, Tyo selalu menemani Dina. Ia membawa Dina ke Panti Asuhan kesukaan Dina. "Maaf ya aku gak bisa nyusulin kamu ke USU", kata Dina sambil memandangi anak-anak yang bermain. Tyo menatap wajah Dina lalu dia menghela nafas, "aah gak apa-apa kok. Ngeliat kamu sehat dan tersenyum seperti ini aku udah sangat bahagia". Dina tersenyum kepada Tyo, Tyo membalas senyumnya dengan rasa sakit dan takut kehilangan gadis yang paling dicintainya itu.


3 bulan setelah operasi dan tepat setahun dimana mereka bertemu, Tyo mengajak Dina untuk Shalat Zuhur berJama'ah. Setelah selesai menunaikan kewajiban, tiba-tiba Dina merasa perutnya sakit sekali. Tyo panik dan segera membawanya ke rumah sakit. Keluarga Dina pun berkumpul di rumah sakit sambil mendoakan semoga Dina baik-baik saja. Namun takdir berkata lain. Tepat pukul 2 Siang Dina meninggal dunia. Seluruh keluarga dan teman-teman Dina merasa sangat kehilangan Dina.


Setelah pemakaman selesai, Ibu Dina menghampiri Tyo yang masih memandangi wajah cantik Dina yang berkerudung di pigura yang tegantung di dinding. "Sewaktu Dina sakit ia sempat menulis ini dan meminta ibu untuk memberikannya padamu", Ibu Dina berkata sambil menyerahkan selembar kertas. Tyo hanya mengangguk dan menerima surat itu. Tyo belum sanggup berkata apa-apa semenjak Dina dinyatakan meninggal. Ia masih belum percaya gadis itu meninggal.


Tyo membuka surat itu dan mulai membacanya.
"Dear Tyo, 


     waktu kamu liat surat ini mungkin aku udah gak bisa nemeni kamu lagi. Maaf jika selama ini aku tidak bisa membuatmu bahagia dan maaf juga aku menyembunyikan sakit ini darimu. Aku hanya tidak ingin kamu terlalu khawatir kepadaku. Aku menerima takdirku bukan berarti aku tidak mau berusaha sembuh dari sakit ini, tapi karena ini memang sudah waktuku dan Allah telah memanggilku. Tolong jangan bersedih. Kamu harus tetap semangat seperti saat pertama kita bertemu. Kamu ingat awal kita bertemu? Kita bertemu karena dipertemukan oleh Allah, dan sekarang kita dipisahkan juga karena Allah. Jujur saat pertama kali kamu mengajakku sebagai Ma'mum, aku sudah jatuh hati kepadamu. Ketahuilah aku mencintaimu karena Allah, dan begitu pula dengan kamu kan? kamu pernah berkata kalau kamu mencintaiku karena Allah. Aku minta kamu jangan berhenti mencintai Allah karena dengan kamu mencintai Allah, berarti kamu juga ikut mencintaiku. Terima kasih untuk waktu-waktu indah yang kamu berikan. Aku akan selalu berada di hatimu selama kamu mencintai Allah. 




                                                                                                                     Salam terindah 


                                                                                                           
                                                                                                                            Dina


Setelah membaca surat itu Tyo pun tersenyum dan sadar kalau Dina tidak benar-benar meninggalkannya. Karena ia sudah berjanji mencintai Dina karena Allah maka ia akan selalu mencintai Allah dan segala yang Allah ciptakan untuknya.






              -TAMAT-




ini cuma tulisan dadakan. maaf kalo ada kekurangan :)

Selasa, 03 Januari 2012

sedikit sajak ku

Rumput
Rumput tidak pernah marah terhadap Tuhan ketika ia diciptakan. walaupun terlihat dipijak dan selalu berada dibawah, tetapi rumput tau bahwa Tuhan selalu menciptakan kebaikan dari ia.


Memiliki Kehilangan
aku terlalu mendamba yang tiada, selalu memuja yang hilang, merindukan yang entah dimana. ketika sadar tak ada yang aku dapatkan. semua hilang dan hanya itu yang ku punya.


Jurang Dosa
selama apa hidup? ketika semua petaka didepan mata nyata, masih bisa mengelakkah? ah semua sudah sangat lazim hingga yang haram terlihat sangat halal. apa tak pernah terpikir ambang nyawa dibatas apa? apa akan selalu berada dipersimpangan dan jurang dosa?


Untuk yang Rindu
maka pada suatu hari yang merindu tak akan lagi dirindukan. ketika semuanya telah berjalan masing-masing masihkah harus terabaikan? rindu itu tak mudah diabaikan dan hilang lantas apakah waktu akan menyembuhkan luka?

Simpel tapi Sakit

aku selalu menyukai semua hal simpel
tapi kenapa menyukaimu tak sesimpel yang ku bayangkan?
setiap mengingatmu hanya akan membuat aku kembali jatuh.
jatuh pada bayang-bayang semu dan janji-janji kosongmu

kau tau? kau itu simpel tapi juga membuatku sakit...