Siang itu panas terasa sangat menusuk tetapi Dina sudah bertekad akan mendapatkan gambar-gambar bagus hari itu. Dina ingin sekali mendapatkan gambar untuk koleksi foto-fotonya, lalu tanpa berpikir lagi ia bergegas pergi ke pusat kota. Tempat pertama yang ia kunjungi adalah gedung tua di sudut kota. Setelah ia rasa cukup, ia pun pergi ke tempat lain. Tujuannya kali ini adalah sebuah panti asuhan yang selalu ia kunjungi tiap minggunya. Panti asuhan itu bernama Kasih Ibu. Setelah bertemu teman-temannya di Panti Asuhan lantas Dina melanjutkan perjalanannya. Karena tujuannya yang terakhir adalah mendapatkan gambar suasana sore hari di kotanya tersebut, maka ia menuju sebuah taman yang ramai di kunjungi oleh orang-orang.
Setelah puas memotret, Dina teringat bahwa ia belum mengerjakan Shalat Ashar. Lalu ia bergegas mencari Masjid terdekat dengan tempatnya berada. Suasana di Masjid itu tidak begitu ramai karena memang waktu Shalat berJama'ah telah usai. Setelah selesai mengambil wudhu Dina pun bersiap untuk melaksanakan Shalat Fardhu itu, tapi tiba-tiba ia mendengar suara seorang laki-laki "Hei mau Shalat berJama'ah sama ku gak?", Dina tersentak kaget mendengar suara itu. Lalu Dina pun menjawab ajakan itu dengan anggukan yang berarti pertanda iya.
Selesai menunaikan waktu Shalat akhirnya lelaki tersebut mengenalkan namanya kepada Dina. "Namaku Tyo. Nama kamu siapa?" tanya lelaki itu. Lalu Dina menjawab,"Namaku Dina". "Oh Dina.. suka motret ya? udah motret apa aja? aku juga suka motret" tanya Tyo. "Iya hehe masih sedikit sih yang aku potret masih sebatas hobi aja" jawab Dina. "oya aku mau nunjukin hasil potretan ku hari ini" ajak Tyo. Lalu Tyo mengajak Dina ke tempat parkiran mobil, Tyo pun mengambil kamera dan menunjukkan hasil gambar yang ia dapatkan hari itu. "wah gambarnya bagus-bagus" Dina berdecak kagum melihat hasil gambar milik Tyo. "ah biasa aja kok" jawab Tyo merendah.
"oh ya kamu masih sekolah atau udah kuliah?", tanya Tyo kepada Dina. "Masih sekolah, udah kelas 3 SMA. kalau kamu?", tanya Dina balik. "Aku udah kuliah Alhamdulillah. Di USU jurusan teknik sipil", jawab Tyo. "Jurusan teknik sipil? Wah aku juga kepengen tuh bisa masuk jurusan itu", kata Dina kagum. "oh ya? yauda susulin aku dong. Aku masih semester 4 kok", Tyo serkata sambil tersenyum. Dina dengan semangat menjawab "oke tungguin aku di USU ya tahun depan". Tyo mengangguk mantap.
Setelah berbincang cukup panjang tentang photograpy tak terasa waktu sudah hampir Maghrib, lalu Dina bergegas pulang kerumah. Sebelum Dina pulang, Tyo sempat meminta nomor ponsel Dina. Agar kalau tyo mengadakan hunting gambar ia bisa mengajak Dina ikut serta juga. Dina pun dengan senang hati memberikannya.
Ketika sampai dirumah Dina langsung mandi dan Shalat Maghrib. Ketika hendak Shalat, Dina mendengar suara ponselnya lalu ia buka pesan itu. Ternyata pesan itu dari Tyo, isinya "Ini aku Tyo senang bisa berkenalan denganmu. Jangan lupa Shalat ya". Dina tersenyum lalu membalas pesan tersebut,"Aku juga senang berkenalan denganmu. Pasti aku Shalat".
Dari perkenalan itu, akhirnya Dina dan Tyo semakin dekat. Setiap hari minggu Dina selalu mengajak Tyo ke Panti Asuhan Kasih Ibu. "Tau gak orang-orang yang ada di Panti ini udah seperti saudaraku sendiri" Dina berkata dengan wajah sumringah kepada Tyo. "Kamu suka dengan anak-anak ya?" tanya Tyo. Dina tersenyum lalu menjawab,"suka. suka sekali malah. Ketika melihat anak-anak rasanya ada kedamaian tersendiri didalam mata mereka. Makanya aku suka dengan anak-anak". Tyo memandang kagum kepada Dina.
3 bulan sudah mereka dekat lalu Tyo memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Dina. "Din, sebenernya aku suka sama kamu. Aku gak tau dari kapan. Tapi rasanya perasaan aku ini sungguh-sungguh. setiap melihatmu aku selalu merasa nyaman", ujar Tyo. Dina pun kaget dan malu mendengar pernyataan yang diutarakan Tyo. "Aku gak maksa kamu buat jadi pacar aku, karena aku mencintaimu karena Allah. Aku cuma ingin kamu tau perasaanku", kata Tyo lagi. Setelah menghela nafas Dina pun berkata,"Aku juga suka sama kamu. Tapi aku mau kita tetap dekat seperti ini. Karena dengan begini kita gak akan bisa putus dan menjadi mantan", kata Dina sambil tersenyum. Muka Tyo langsung berbinar mendengar perkataaan Dina. "iya aku juga setuju kok kita tetap dekat seperti ini. tapi walaupun gitu hati aku tetap milik kamu" kata Tyo gombal. "Hahaha kamu ada-ada aja", Dina tertawa malu.
Semenjak Tyo mengutarakan perasaannya kepada Dina mereka pun semakin dekat. Walaupun tidak terikat pada hubungan sebagai sepasang kekasih, tetapi mereka berdua selalu santai menjalani hubungan yang sekarang. Karena mereka tau kalau mereka sama-sama pemilik hati satu sama lain. "kamu pulang sekolah jam berapa hari ini? aku jemput ya" isi pesan singkat dari Tyo yang baru dibaca Dina. "aku pulang jam 2. Boleh kok. Kamu tunggu di gerbang sekolah ya" balas Dina. Begitulah setiap Tyo ada waktu menjemput Dina pulang sekolah, atau mengantarkan pergi les.
Sudah 6 bulan semenjak Tyo mengutarakan perasaannya kepada Dina. Tapi ada yang aneh dari Dina. Ia mulai sakit-sakitan dan jarang masuk sekolah. Tyo pun selalu khawatir apabila mendengar Dina masuk Rumah sakit. "Halo Tyo, Dina masuk rumah sakit lagi. Cepat kemari ya nak", ujar Ibu Dina di telpon. "oh iya bu Tyo segera kesana", jawab Tyo.
Hari itu perasaan Tyo sangat tidak enak, maka segera ia ke rumah sakit tempat Dina dirawat. "Bu, apa kata dokter? kali ini Dina didianogsa apa?", tanya Tyo tidak sabar. "Kata dokter Dina sakit kanker usus dan ini udah masuk stadium 4", kata ibu Dina sedih. "Kanker usus? gak mungkin bu. Dina selalu terlihat sehat selama ini", ujar Tyo tidak percaya. "Sebenarnya Dina udah lama menderita ini, cuma dia merahasiakan ini dari siapa pun. Cuma keluarga yang tau tentang sakitnya ini", kata Ibunya Dina.
Setelah melewati operasi yang panjang, Dina akhirnya mulai berangsur membaik. Tetapi dokter tidak menjamin Dina akan bertahan dengan usus yang sudah tidak baik. Dina pun berhenti sekolah disaat sekolahnya tinggal menyisakan 3 bulan lagi. Disaat-saat seperti itu, Tyo selalu menemani Dina. Ia membawa Dina ke Panti Asuhan kesukaan Dina. "Maaf ya aku gak bisa nyusulin kamu ke USU", kata Dina sambil memandangi anak-anak yang bermain. Tyo menatap wajah Dina lalu dia menghela nafas, "aah gak apa-apa kok. Ngeliat kamu sehat dan tersenyum seperti ini aku udah sangat bahagia". Dina tersenyum kepada Tyo, Tyo membalas senyumnya dengan rasa sakit dan takut kehilangan gadis yang paling dicintainya itu.
3 bulan setelah operasi dan tepat setahun dimana mereka bertemu, Tyo mengajak Dina untuk Shalat Zuhur berJama'ah. Setelah selesai menunaikan kewajiban, tiba-tiba Dina merasa perutnya sakit sekali. Tyo panik dan segera membawanya ke rumah sakit. Keluarga Dina pun berkumpul di rumah sakit sambil mendoakan semoga Dina baik-baik saja. Namun takdir berkata lain. Tepat pukul 2 Siang Dina meninggal dunia. Seluruh keluarga dan teman-teman Dina merasa sangat kehilangan Dina.
Setelah pemakaman selesai, Ibu Dina menghampiri Tyo yang masih memandangi wajah cantik Dina yang berkerudung di pigura yang tegantung di dinding. "Sewaktu Dina sakit ia sempat menulis ini dan meminta ibu untuk memberikannya padamu", Ibu Dina berkata sambil menyerahkan selembar kertas. Tyo hanya mengangguk dan menerima surat itu. Tyo belum sanggup berkata apa-apa semenjak Dina dinyatakan meninggal. Ia masih belum percaya gadis itu meninggal.
Tyo membuka surat itu dan mulai membacanya.
"Dear Tyo,
waktu kamu liat surat ini mungkin aku udah gak bisa nemeni kamu lagi. Maaf jika selama ini aku tidak bisa membuatmu bahagia dan maaf juga aku menyembunyikan sakit ini darimu. Aku hanya tidak ingin kamu terlalu khawatir kepadaku. Aku menerima takdirku bukan berarti aku tidak mau berusaha sembuh dari sakit ini, tapi karena ini memang sudah waktuku dan Allah telah memanggilku. Tolong jangan bersedih. Kamu harus tetap semangat seperti saat pertama kita bertemu. Kamu ingat awal kita bertemu? Kita bertemu karena dipertemukan oleh Allah, dan sekarang kita dipisahkan juga karena Allah. Jujur saat pertama kali kamu mengajakku sebagai Ma'mum, aku sudah jatuh hati kepadamu. Ketahuilah aku mencintaimu karena Allah, dan begitu pula dengan kamu kan? kamu pernah berkata kalau kamu mencintaiku karena Allah. Aku minta kamu jangan berhenti mencintai Allah karena dengan kamu mencintai Allah, berarti kamu juga ikut mencintaiku. Terima kasih untuk waktu-waktu indah yang kamu berikan. Aku akan selalu berada di hatimu selama kamu mencintai Allah.
Salam terindah
Dina
Setelah membaca surat itu Tyo pun tersenyum dan sadar kalau Dina tidak benar-benar meninggalkannya. Karena ia sudah berjanji mencintai Dina karena Allah maka ia akan selalu mencintai Allah dan segala yang Allah ciptakan untuknya.
-TAMAT-
ini cuma tulisan dadakan. maaf kalo ada kekurangan :)
dadakan aja bisa kayak gini apa lagi udah dsusun lama mantaab say :D
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapushaha iya makasi say :D
BalasHapus