Hari ini pagi-pagi Aira sudah berada di Bandara mengantar Andi yang akan melanjutkan pendidikan ke Negeri Kangguru. Australia tepatnya. cukup jauh menurut Aira tapi apa boleh buat ini demi kebaikan Andi. Aira menguatkan diri agar tidak meneteskan air mata di hadapan Andi. Ia tidak ingin Andi tau bahwa batinnya begitu tersiksa melepas Andi menjemput mimpinya.
"Aku berangkat ya. Kamu baik-baik di sini. Jangan lupa buat nunggu aku. Aku janji 4 tahun lagi aku kembali ketika aku sudah menjadi orang sukses dan disaat itu kamu akan menjadi istri ku", Andi berkata sambil memberikan setangkai bunga kepada Aira. "Aku pasti nunggu kamu pulang", Aira menahan isak tangisnya. Andi mengecup kening Aira lalu pergi dan hilang dibalik kerumunan orang-orang.
Hari ini adalah setahun berangkatnya Andi ke Australia. Dan sejauh ini hubungan mereka masih baik-baik saja. Aira merasa ini akan menjadi penantian yang indah. Setiap hari mereka selalu melepaskan rasa rindu satu sama lain.
"Kamu masih berhubungan sama Andi?" tanya Ibu. "Masih bu. Tapi akhir-akhir ini dia udah jarang nelfon. mungkin dia lagi sibuk disana", jawab Aira sambil menerawang. Andi sudah seminggu ini tidak menghubungi Aira. Padahal ia yakin bahwa Andi tidak akan melupakannya. Ini udah tahun kedua ia dan Andi terpisah jarak.
"Maaf ya aku jarang menghubungi kamu. Soalnya aku lagi sibuk sekali di sini. Mungkin untuk beberapa bulan aku tidak bisa menghubungi kamu", Andi berkata melalui telfon setelah sebulan ia tidak menghubungi Aira. "Oh yauda tidak apa-apa. Kamu jangan lupa jaga kesehatan ya", Aira berkata lemah. Ia tau pasti akan ada saatnya ketika Andi akan mulai menomor satukan pendidikannya daripada ia.
Ini tahun ketiga Andi meninggalkan Aira dan sudah hampir setahun Andi tidak pernah menghubunginya. Ia mencoba menghubungi Andi namun tidak ada tanggapan. Semua cara ia coba untuk hanya sekedar mengetahui kabar Andi. Tapi tidak satu pun usahanya mendapatkan hasil. Ia pun tetap berpikir positif dan beranggapan bahwa Andi tidak akan melupakannya.
Setiap hari ia selalu merindukan Andi. Lelaki yang berjanji akan pulang kembali kepadanya. Dan hari ini adalah hari wisuda Aira. Seluruh keluarga dan teman-temannya ikut merayakan keberhasilan Aira. Senyum terkembang di wajah manis Aira. TApi masih saja terselip sedikit rasa sakit dan rindu yang tidak kunjung mereda.
"Kamu dimana Andi? Aku udah lulus nih. kamu kapan pulang?", pikir Aira dalam hati. "Hey kok melamun sih?", tanya Erwin teman dekat Aira. "Gak apa-apa cuma lagi kepikiran Andi aja. Dia apa kabar ya? udah setahun lebih gak ada kabar", jawab Aira murung. "Udah tenang aja. Dia pasti pulang kok", Erwin tersenyum. Aira membalas senyuman Erwin. "Yauda supaya kamu gak sedih lagi, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat". "kemana?", tanya Aira. "Udah ikut aja', jawab Erwin misterius.
"Gimana kamu suka gak sama tempatnya?", tanya Erwin. "Suka. Suka sekali malah", jawab Aira. "Tempat ini tenang sekali", jawab Aira lagi. "Iya aku suka ke sini kalau lagi bosan".
"sering-sering ajak aku ke sini lagi ya," pinta Aira dengan mata berbinar. "Pasti", jawab Erwin.
Hari ini tepat 4 tahun Andi pergi. Sesuai janji berarti Andi akan pulang hari ini. Aira melihat kalender yang sudah ia tandai warna merah. Ia memutuskan untuk ke bandara. walaupun ia tau resiko tidak bertemu Andi sangat besar tapi ia sudah berjanji akan menunggu Andi sampai Andi menyelesaikan pendidikannya.
Sesuai perkiraannya, hari ini ia tidak menemukan sosok Andi. Ia pulang dengan putus asa dan rasa sakit yang luar biasa. "Apa Andi sudah melupakan aku ya? Apa ia lupa dengan segala janjinya?". Semua pertanyaan muncul di kepala Aira. Ia merasa mungkin ia harus mulai terbiasa menjalani hidup tanpa Andi. Tapi ia tetap akan menunggu Andi.
"Kamu pulang sama siapa?". "Pulang sendiri sepertinya. Ini juga masih banyak kerjaan". Aira menjawab pertanyaan Erwin yang mampir ke ruangan kantornya. Sudah setahun ini mereka bekerja di satu kantor. "Oh yauda aku pulang duluan ya. Hati-hati kamu", Erwin berkata lembut pada Aira. "iya tenang saja", jawab Aira sambil tersenyum.
Hari-hari Aira diisi dengan bekerja dan kenyataan bahwa Andi tidak pernah menghubunginya lagi. Satu-satunya yang bisa menghilangkan sepinya adalah sahabatnya Erwin. Erwin selalu membuat Aira tersenyum dan menghilangkannya sedihnya.
"Kamu dapat tugas jumpa sama klien baru kita. Jangan sampai gagal kerja sama ini ya. Saya sangat berharap padamu". "Iya pak saya akan berusaha semaksimal mungkin". Aira mendapatkan tugas untuk bertemu dengan klien untuk kerjasama dengan kantornya. Sesuai dengan instruksi, Aira akan bertemu kliennya di restoran tempat biasa kantornya melakukan pertemuan.
Saat di restoran, Aira kaget sekali dengan siapa ia bertemu. "Andi?", AIra kaget bukan main. "Aira", balas Andi juga tidak kalah kaget. "Kamu udah balik ke Indonesia?. Kok gak ngabarin? oh udah lupa pasti sama ku", Aira berkata sambil berusaha tegar. "Maaf, aku gak pernah hubungi kamu lagi. Ini sangat berat buat aku.", jawab Andi merasa bersalah. "Gak apa-apa kok tapi sepertinya masa berlaku janji kamu udah mau habis". "Aku tau aku salah. Seharusnya aku ngasi tau kamu beberapa tahun yang lalu. Sebenarnya aku bertemu dengan seorang wanita disana dan jujur saja aku mencintainya. Dan sekarang kami sudah bertunangan", Andi berkata sambil tertunduk. Aira kaget bukan main. Penantian bertahun-tahun yang ia lakukan ternyata sia-sia. Penantian yang ia kira akan berakhir indah ternyata tidak terjadi. "Yaudalah aku disini bukan mau bahas kamu. Aku mau bicarain soal kerjaan", Aira berkata. "Oh iya baiklah", jawab Andi merasa sangat bersalah.
Kerjasama yang di jalin Aira dengan Andi sangat baik. Karena kerjasama ini pun Aira dan Andi jadi sering bertemu lagi. Sejujurnya ini menyenangkan untuk Aira sekaligus juga menyakitkan karena ia tau Andi bukan untuknya lagi. Setahun sudah Aira dan Andi menjalin kerjasama. Selama setahun juga Andi mulai merasa bahwa ia salah telah menyia-nyiakan Aira. Cinta lama yang selalu menunggunya.
"Asty, maaf aku harus bicara ini". "Kamu mau bilang apa Andi?". "Sepertinya kita sampai disini aja ya. Aku gak bisa lagi sama kamu. Aku sadar ty, ternyata selama ini aku cuma cinta sama Aira. Mungkin karena ada kemiripan diantara kalian makanya aku sempat jatuh hati dengan kamu", Andi berkata jujur. "Jadi maksud kamu, kamu mau mutusin aku terus balikan lagi ke Aira?" tanya Asty sambil menangis. "Aku rasa.. hem iya. aku mau berusaha menjalin hubungan dengan Aira lagi", jawab Andi. "Kamu tau? Ini sakit sekali buat aku. Tapi daripada kamu terpaksa menjalin hubungan dengan aku. Aku akan ikhlas mengembalikan kamu ke cinta pertama kamu", Asty menangis tapi berusaha tegar. "Terima kasih asty".
Andi bertekat kalau ia akan membawa Aira kembali padanya. "Kita sudahi pertemuan kita sampai di sini. Terima kasih atas kerjasamanya", Aira mengakhiri rapat hari itu. "Aira aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Tapi gak di sini". "Kamu mau ngomong apa?", tanya Aira. "Kita ke tempat biasa kita makan aja ya", ajak Andi. "Yauda terserah kamu deh".
"Udah setahun lebih kita deket lagi. Ini buat aku sadar kalau aku cuma sayang sama kamu. Aku memang udah buat kesalahan bodoh dan sekarang aku mau nepati janjiku", Andi berkata sambil menatap Aira. "Maksud kamu? Bukannya kamu udah tunangan?". "Aku udah mutusin buat berhenti mencintai Asty dan kembali mencintai kamu", jawab Andi. "Kamu jahat ndi. Kamu gak tau gimana sakitnya dan rindunya aku nunggu kamu bertahun-tahun dan sekarang setelah aku udah ikhlas ngelepas kamu, kamu malah ninggalin Asty dan nyakitin dia". "Aku tau aku salah. tapi aku gak bisa bohongi perasaanku sendiri ra".
"Maaf ndi. Aku memang mencitaimu. sangat. tapi itu dulu. sebelum aku jatuh hati pada lelaki lain". "Gak mungkin ra". "kamu pikir bagaimana sakitnya aku nunggu kamu yang gak pernah ada kabar? Ini udah keputusanku ndi", Aira berkata tegas. "Baiklah. kalau ini memang keputusanmu", Andi berkata lesu. "Kalau kamu gak keberatan silahkan datang ke pernikahanku", Aira memberi sebuah undangan ke Andi. Andi melihat nama lelaki yang tidak asing tertera di undangan tersebut. Erwin.
"Kamu janji mau nemeni Aira selama aku pergi", Andi berkata dengan suara tinggi kepada Erwin. "Kamu sahabat aku win. kenapa bisa kamu tega?". "Kamu yang gak tau gimana Aira berusaha seorang diri menghilangkan sepinya. Awalnya aku hanya ingin membantu dia agar tidak kesepian. Tapi ketika aku tau kamu udah tunangan aku yakin kamu gak baik buat dia. Aku jatuh cinta sama dia ndi. Dan kami benar-benar akan menikah. Maafkan aku. Ini juga termasuk salah kamu udah menyia-nyiakan Aira". Erwin meninggalkan Andi seorang diri di ruangan itu.
-Bersambung-
Hari ini adalah setahun berangkatnya Andi ke Australia. Dan sejauh ini hubungan mereka masih baik-baik saja. Aira merasa ini akan menjadi penantian yang indah. Setiap hari mereka selalu melepaskan rasa rindu satu sama lain.
"Kamu masih berhubungan sama Andi?" tanya Ibu. "Masih bu. Tapi akhir-akhir ini dia udah jarang nelfon. mungkin dia lagi sibuk disana", jawab Aira sambil menerawang. Andi sudah seminggu ini tidak menghubungi Aira. Padahal ia yakin bahwa Andi tidak akan melupakannya. Ini udah tahun kedua ia dan Andi terpisah jarak.
"Maaf ya aku jarang menghubungi kamu. Soalnya aku lagi sibuk sekali di sini. Mungkin untuk beberapa bulan aku tidak bisa menghubungi kamu", Andi berkata melalui telfon setelah sebulan ia tidak menghubungi Aira. "Oh yauda tidak apa-apa. Kamu jangan lupa jaga kesehatan ya", Aira berkata lemah. Ia tau pasti akan ada saatnya ketika Andi akan mulai menomor satukan pendidikannya daripada ia.
Ini tahun ketiga Andi meninggalkan Aira dan sudah hampir setahun Andi tidak pernah menghubunginya. Ia mencoba menghubungi Andi namun tidak ada tanggapan. Semua cara ia coba untuk hanya sekedar mengetahui kabar Andi. Tapi tidak satu pun usahanya mendapatkan hasil. Ia pun tetap berpikir positif dan beranggapan bahwa Andi tidak akan melupakannya.
Setiap hari ia selalu merindukan Andi. Lelaki yang berjanji akan pulang kembali kepadanya. Dan hari ini adalah hari wisuda Aira. Seluruh keluarga dan teman-temannya ikut merayakan keberhasilan Aira. Senyum terkembang di wajah manis Aira. TApi masih saja terselip sedikit rasa sakit dan rindu yang tidak kunjung mereda.
"Kamu dimana Andi? Aku udah lulus nih. kamu kapan pulang?", pikir Aira dalam hati. "Hey kok melamun sih?", tanya Erwin teman dekat Aira. "Gak apa-apa cuma lagi kepikiran Andi aja. Dia apa kabar ya? udah setahun lebih gak ada kabar", jawab Aira murung. "Udah tenang aja. Dia pasti pulang kok", Erwin tersenyum. Aira membalas senyuman Erwin. "Yauda supaya kamu gak sedih lagi, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat". "kemana?", tanya Aira. "Udah ikut aja', jawab Erwin misterius.
"Gimana kamu suka gak sama tempatnya?", tanya Erwin. "Suka. Suka sekali malah", jawab Aira. "Tempat ini tenang sekali", jawab Aira lagi. "Iya aku suka ke sini kalau lagi bosan".
"sering-sering ajak aku ke sini lagi ya," pinta Aira dengan mata berbinar. "Pasti", jawab Erwin.
Hari ini tepat 4 tahun Andi pergi. Sesuai janji berarti Andi akan pulang hari ini. Aira melihat kalender yang sudah ia tandai warna merah. Ia memutuskan untuk ke bandara. walaupun ia tau resiko tidak bertemu Andi sangat besar tapi ia sudah berjanji akan menunggu Andi sampai Andi menyelesaikan pendidikannya.
Sesuai perkiraannya, hari ini ia tidak menemukan sosok Andi. Ia pulang dengan putus asa dan rasa sakit yang luar biasa. "Apa Andi sudah melupakan aku ya? Apa ia lupa dengan segala janjinya?". Semua pertanyaan muncul di kepala Aira. Ia merasa mungkin ia harus mulai terbiasa menjalani hidup tanpa Andi. Tapi ia tetap akan menunggu Andi.
"Kamu pulang sama siapa?". "Pulang sendiri sepertinya. Ini juga masih banyak kerjaan". Aira menjawab pertanyaan Erwin yang mampir ke ruangan kantornya. Sudah setahun ini mereka bekerja di satu kantor. "Oh yauda aku pulang duluan ya. Hati-hati kamu", Erwin berkata lembut pada Aira. "iya tenang saja", jawab Aira sambil tersenyum.
Hari-hari Aira diisi dengan bekerja dan kenyataan bahwa Andi tidak pernah menghubunginya lagi. Satu-satunya yang bisa menghilangkan sepinya adalah sahabatnya Erwin. Erwin selalu membuat Aira tersenyum dan menghilangkannya sedihnya.
"Kamu dapat tugas jumpa sama klien baru kita. Jangan sampai gagal kerja sama ini ya. Saya sangat berharap padamu". "Iya pak saya akan berusaha semaksimal mungkin". Aira mendapatkan tugas untuk bertemu dengan klien untuk kerjasama dengan kantornya. Sesuai dengan instruksi, Aira akan bertemu kliennya di restoran tempat biasa kantornya melakukan pertemuan.
Saat di restoran, Aira kaget sekali dengan siapa ia bertemu. "Andi?", AIra kaget bukan main. "Aira", balas Andi juga tidak kalah kaget. "Kamu udah balik ke Indonesia?. Kok gak ngabarin? oh udah lupa pasti sama ku", Aira berkata sambil berusaha tegar. "Maaf, aku gak pernah hubungi kamu lagi. Ini sangat berat buat aku.", jawab Andi merasa bersalah. "Gak apa-apa kok tapi sepertinya masa berlaku janji kamu udah mau habis". "Aku tau aku salah. Seharusnya aku ngasi tau kamu beberapa tahun yang lalu. Sebenarnya aku bertemu dengan seorang wanita disana dan jujur saja aku mencintainya. Dan sekarang kami sudah bertunangan", Andi berkata sambil tertunduk. Aira kaget bukan main. Penantian bertahun-tahun yang ia lakukan ternyata sia-sia. Penantian yang ia kira akan berakhir indah ternyata tidak terjadi. "Yaudalah aku disini bukan mau bahas kamu. Aku mau bicarain soal kerjaan", Aira berkata. "Oh iya baiklah", jawab Andi merasa sangat bersalah.
Kerjasama yang di jalin Aira dengan Andi sangat baik. Karena kerjasama ini pun Aira dan Andi jadi sering bertemu lagi. Sejujurnya ini menyenangkan untuk Aira sekaligus juga menyakitkan karena ia tau Andi bukan untuknya lagi. Setahun sudah Aira dan Andi menjalin kerjasama. Selama setahun juga Andi mulai merasa bahwa ia salah telah menyia-nyiakan Aira. Cinta lama yang selalu menunggunya.
"Asty, maaf aku harus bicara ini". "Kamu mau bilang apa Andi?". "Sepertinya kita sampai disini aja ya. Aku gak bisa lagi sama kamu. Aku sadar ty, ternyata selama ini aku cuma cinta sama Aira. Mungkin karena ada kemiripan diantara kalian makanya aku sempat jatuh hati dengan kamu", Andi berkata jujur. "Jadi maksud kamu, kamu mau mutusin aku terus balikan lagi ke Aira?" tanya Asty sambil menangis. "Aku rasa.. hem iya. aku mau berusaha menjalin hubungan dengan Aira lagi", jawab Andi. "Kamu tau? Ini sakit sekali buat aku. Tapi daripada kamu terpaksa menjalin hubungan dengan aku. Aku akan ikhlas mengembalikan kamu ke cinta pertama kamu", Asty menangis tapi berusaha tegar. "Terima kasih asty".
Andi bertekat kalau ia akan membawa Aira kembali padanya. "Kita sudahi pertemuan kita sampai di sini. Terima kasih atas kerjasamanya", Aira mengakhiri rapat hari itu. "Aira aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Tapi gak di sini". "Kamu mau ngomong apa?", tanya Aira. "Kita ke tempat biasa kita makan aja ya", ajak Andi. "Yauda terserah kamu deh".
"Udah setahun lebih kita deket lagi. Ini buat aku sadar kalau aku cuma sayang sama kamu. Aku memang udah buat kesalahan bodoh dan sekarang aku mau nepati janjiku", Andi berkata sambil menatap Aira. "Maksud kamu? Bukannya kamu udah tunangan?". "Aku udah mutusin buat berhenti mencintai Asty dan kembali mencintai kamu", jawab Andi. "Kamu jahat ndi. Kamu gak tau gimana sakitnya dan rindunya aku nunggu kamu bertahun-tahun dan sekarang setelah aku udah ikhlas ngelepas kamu, kamu malah ninggalin Asty dan nyakitin dia". "Aku tau aku salah. tapi aku gak bisa bohongi perasaanku sendiri ra".
"Maaf ndi. Aku memang mencitaimu. sangat. tapi itu dulu. sebelum aku jatuh hati pada lelaki lain". "Gak mungkin ra". "kamu pikir bagaimana sakitnya aku nunggu kamu yang gak pernah ada kabar? Ini udah keputusanku ndi", Aira berkata tegas. "Baiklah. kalau ini memang keputusanmu", Andi berkata lesu. "Kalau kamu gak keberatan silahkan datang ke pernikahanku", Aira memberi sebuah undangan ke Andi. Andi melihat nama lelaki yang tidak asing tertera di undangan tersebut. Erwin.
"Kamu janji mau nemeni Aira selama aku pergi", Andi berkata dengan suara tinggi kepada Erwin. "Kamu sahabat aku win. kenapa bisa kamu tega?". "Kamu yang gak tau gimana Aira berusaha seorang diri menghilangkan sepinya. Awalnya aku hanya ingin membantu dia agar tidak kesepian. Tapi ketika aku tau kamu udah tunangan aku yakin kamu gak baik buat dia. Aku jatuh cinta sama dia ndi. Dan kami benar-benar akan menikah. Maafkan aku. Ini juga termasuk salah kamu udah menyia-nyiakan Aira". Erwin meninggalkan Andi seorang diri di ruangan itu.
-Bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar